Tumbuhan obat ini bernama latin Celosia Argentea L., yang termasuk ke dalam famili tumbuhan Amaranthaceae, dikenal dengan nama nama di daerah indonesia seperti : Bayam Ekor Belanda (Pantai Timur Sumatera), Boroco, Sangsri (Sunda), Cuca (Jawa), Bayam Kucing (Maluku), Baya Kasubiki (Ternate) dan Kuntha (kepulauan Kangean).
Boroco merupakan jenis tumbuhan sayuran penting yang dibudidayakan di negara zona hutan hujan tropis seperti Nigeria, Benin, Kamerun, Gabon dan Togo.
Variasi nama Asingnya : Kadayohan (Tagalog.), Cock’s comb, Silver Cock’s Comb, Wool Flower (Inggris), indivara, survali, safedmurga (Hindi), sitivara, vitunnaka, sunishannaka (Sansekerta), Bairihong, Ye ji guan huo, Gou weicao, Ji guan hua (Chinese), Amarantecrête de coq, Célosieargentée, Célosiecrête de coq (Prancis), No-geitou (Jepang), Gaemaendeurami (Korea), Chesechil a malk, Esechilamalk (Palauan), Māmoe di Samoa, Orlón, Cresta de gallo, Rabo de conejo (Spanyol), Repe moa (Tahiti) dan Lisi (Tonga).
Tanaman obat dan sayuran Boroco ini tingginya sekitar 30-100 sentimeter, sering tumbuh liar di sisi jalan, pinggir selokan tanah lapang terlantar.
Batangnya bulat dengan alur kasar memanjang, bercabang banyak, warna hijau atau merah. Daunnya berwarna hijau atau warna merah, berbentuk bulat telur memanjang, ujung lancip, tepinya bergerigi halus hampir rata. Bunganya berbentuk bulir panjang 3-10 sentimeter, warna merah muda atau ungu bijinya hitam cerah, bunga tumbuh di ujung-ujung cabang
Kandungan Fitokimia (Phytochemicals) yang telah diketahui dari tanaman baroco ini diantaranya : Alkaloid, Saponin, Tanin, Flavonoid, Fenol, steroid, dan Diterpen. (Sumber)
Tumbuhan boroco sebagai obat ini bersifat anti tekanan darah tinggi (antihipertensi), anti radang mata. Dalam literatur farmakologi cina disebutkan bahwa tanaman ini memiliki rasa pahit dan sejuk.
Banyak penelitian dengan literatur sains yang menunjukkan bahwa tananaman Boroco sebagai obat memiliki pengaruh yang signifikan sebagai Anti-inflamasi, antikanker, hepatoprotektif,Antioksidan, penyembuhan luka, antidiabetik dan antibakteri
Aktifitas percobaan kimiawi menggunakan C. argentea dilaporkan menunjukkan aktivitas signifikan sebagai antibakteri dalam melawan Bacillus subtilis, S. aureus, Salmonella Typhi, Escherichia Coli, Agrobacterium tumefaciens, dan Mycobacterium tuberculosis (Sumber)
Penggunaan untuk kegiatan pengobatan adalah Biji, Bunga, ataupun seluruh tanaman, baik yang masih dalam keadaan segar maupun telah dikeringkan.
Biji Boroco sebanyak 30 gram direbus dengan 1 gelas air hingga menjadi 1/3 gelas. Hasil rebusan tersebut dibagi menjadi 2 bagian untuk diminum pagi dan sore hari.
Bunga Boroco segar sebanyak 30-60 gram direbus menjadi sup secukupnya.
Bunga boroco direbus dengan air hingga mendidih dan gunakan airnya untuk mencuci mata. Sebelum digunakan, saring air rebusan menggunakan kain kasa.
Bunga Boroco sebanyak 60 gram, ditambah 60 gram daging, direbus, dan minum airnya rebusan serta makan dagingnya.
Biji Boroco sebanyak 10-30 gram, direbus dengan air secukupnya, lalu diminum.
Tanaman Boroco sebanyak 30-60 gram direbus dengan air secukupnya dan diminum.
Tanaman Obat Boroco sebanyak 30-60 gram direbus dengan air secukupnya lalu diminum.
Catatan : Terdapat kontraindikasi pengobatan pada pasien dengan kondisi tekanan bola mata yang meninggi (glaucoma).
Gejala keracunan bisa terjadi karena pemakaian yang terlalu banyak. Biasanya gejala yang timbul adalah rasa kering di tenggorkan, Bia pengobatan dikurangi atau dihentikan biasanya ogejala ini akan menghilang
Sumber : Dari berbagai sumber
Baca Informasi Tanaman Obat Alami Lainnya di SINI
The Future Ideal Life Style.